Siapkah gerangan Patrik Berger?
Apa pula hubungannya dengan dosen Bahasa Inggris?
Sebelum aku jawab pertanyaan di
atas, cerita dulu soal ini deh…
Jadi gini, ada kontes keren bin
kece yang diadain Mister Potato yang hadiahnya gak main-main, jalan-jalan gratis ke Inggris. Maakk…Inggris
Maakk!!! (lari jejeritan sepanjang jalan masuk kampung)
Ya ampun siapa sih yang nolak?
Musti ikut nih dan berharap ini keberuntunganku. Iya, berharap banget. Gimana
enggak, dari jaman piyik sampai emak-emak gini gak terhitung udah berapa kali ikutan
undian yang hadiahnya cuma panci atau sabun mandi, kontes dan lain sebagainya
(bahkan ngelamar jadi PNS) belum pernah dapet…..eaa curcol.
Jadi di kontes ini
aku sangat-sangat berharap bisa menang dan terbang ke Inggris sekaligus mewujudkan
impian yang selama ini hanya ada di angan-angan belaka. Emak-emak bersaing
dengan banyak peserta lain yang lebih muda? Emang kenapa? Masalah? *gaya judes*
Inggris, salah satu negara maju
di Benua Eropa ini banyak memiliki hal menarik, dari mulai bangunan-bangunan
yang iconic, liga sepakbola, film-film, dan ga ketinggalan musiknya. Siapa sih yang
ngga tau Big Ben, Istana Buckingham, The Royal Family, The Beatles, semuanya
ada di Inggris! Jadi, negara ini memang layak banget dikunjungi, pasti semua
sepakat.
Trus, kenapa dong harus aku yang
berangkat dan jadi pemenang kontes ke Inggris gratis bersama Mister Potato ini?
Well, inilah beberapa alasannya:
1. Karena
aku belum pernah ke luar negeri
Ih kayaknya kok
shallow banget ya alasannya, dan ini aku jadikan alasan utama. Iya memang, aku
sama sekali belum pernah ke luar negeri meski hanya di negeri tetangga, Singapore
yang kalau orang lain mungkin bisa tiap hari bolak-balik ke sana semaunya.
Banyak alasan kenapa belum pernah, dari soal waktu yang belum pas, dan
mungkin takdir. Ehem….
Maka dari itu, ke Inggris gratis ini mudah-mudahan
menjadi momentum pertamaku menginjakkan kaki di luar negeri untuk yang pertama
kalinya, langsung ke negara di benua Eropa lagi! Betapa bahagianya….Doakan aku ya?
Dulu sih
bercita-cita jadi diplomat biar bisa keliling dunia gitu. Tapi kuliah di
Hubungan Internasional ga direstui ortu (karena harus di luar kota) dan akhirnya
hanya bisa mencicil merasakan sensasi kuliah yang ada hubungannya dengan luar
negeri dengan masuk ke Sastra INGGRIS! *bwahahahaha* *untung bukan sastra
Rusia*
2. Faktor
nostalgia sepakbola
Dulu jaman
sekolah nih, jaman SMP dan SMA aku adalah pecinta bola sejati. Baik Liga
Inggris maupun Liga Italia. Agenda rutin tiap akhir pekan adalah beli camilan
sebanyak-banyaknya buat nemenin nonton bola. Langsung deh terbayang pemain
ngetop saat itu seperti David Beckham yang waktu itu masih lucu-lucunya dan jadi
bintangnya Manchester United, Michael Owen, Jamie Redknapp, Alan Shearer
ataupun pemain dari luar Inggris seperti Patrik Berger yang ganteng (banget!) asal
Ceko dan juga David Ginola dari Prancis yang seksi abis.
Ini nih si Patrik Berger yang kece ituhhh...udah pensiun kali dia sekarang :)
Biarpun sekarang ga
semaniak dulu (karena semangat nonton bola sudah mulai memudar seiring luruhnya
air ketuban hahaha) tetep dong pengen banget mengunjungi stadion-stadion klub
ternama tempat para idola sepakbola masa itu seperti Stadion Anfield, Old
Trafford, Stamford Bridge, Emirates Stadium dan lain-lain. Trus sampai sana mau
ngapain? Salah satunya (selain guling-guling di lapangan) pasti ke ruang ganti dan ngebayangin dulu Patrik Berger ganti di
situ ahahahay.... *abaikan*
Serasa pengen guling-guling di stadion Anfield ini...*norak abis*
Sampe kamar ganti, langsung deh tar aku cari kostum Patrik Berger!
Bahkan
sebenarnya nih, dulu sempat bercita-cita jadi wartawan sepakbola (setelah yakin
ga bisa jadi diplomat) yang dapat kesempatan meliput klub-klub Inggris yang
keren itu. Tapi nampaknya takdir berkata lain, cita-citaku jadi wartawan ga
kesampaian (juga).
3. Lulusan
Sastra Inggris dan jadi Dosen Bahasa Inggris.
Ironis banget ga
sih dikala kamu menjadikan Inggris sebagai bahan belajar dari masa kuliah
sampai sekarang bekerja tapi tak sekalipun kamu pernah menginjakkan kaki ke negara
yang kamu sering sebut dan pelajari soal sejarah, budayanya, aksen, dan juga tata
bahasanya.
Well, memang ga ada yang mengharuskan seorang lulusan Sastra Inggris
dan dosen Bahasa Inggris kudu pernah ke Inggris sih, tapi aku sendiri yang
merasa diriku ini hina belum sah karena belum pernah menginjakkan kaki ke
Inggris. Apalagi tempo hari kebetulan banget barusan memberi penjelasan
mengenai tata cara seorang tour guide dan waktu itu aku mengambil contoh objek
wisata iconic di Inggris seperti London Eye, Westminster Abbey, dan Buckingham
Palace, dan Tower Bridge sebagai salah satu contoh itinerary. Siapa sangka tak
lama kemudian ada kesempatan untuk pergi ke sana dengan gratis. Bukankah ini
semacam kode alam? Pede. Ah biarin…bermimpi memang harus pede dan yakin. Ya, kan? Ya,
kan?
Jadi, kesempatan
ke Inggris bersama Mister Potato ini mudah-mudahan jadi one of the best moment in my life selain moment pernikahan dan takjubnya perasaan sesaat setelah melahirkan si
kecil. So, England, here I come!